Diplomasi Pariwisata (Tourism Diplomacy) dan KTT World Water Forum ke-10 di Bali
Diplomasi memainkan peran penting dalam memajukan sektor pariwisata suatu negara, dan beberapa teori diplomasi telah dikembangkan untuk memahami dinamika ini.
Muhammad Rahmad
5/20/20242 min read


Diplomasi memainkan peran penting dalam memajukan sektor pariwisata suatu negara, dan beberapa teori diplomasi telah dikembangkan untuk memahami dinamika ini. Salah satu teori yang relevan adalah teori "Soft Power" yang diperkenalkan oleh Joseph Nye, seorang profesor dari Harvard University. Teori ini berfokus pada kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain melalui daya tarik budaya, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negerinya, alih-alih melalui paksaan atau kekuatan militer.
Dalam konteks pariwisata, soft power dapat digunakan untuk mempromosikan daya tarik wisata suatu negara, menyoroti keunikan budaya dan keindahan alamnya, serta membangun citra positif di mata internasional. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai saluran, seperti diplomasi budaya, pertukaran pendidikan, dan keterlibatan dengan media asing.
Presiden Joko Widodo, Senin (20/5/24), telah meresmikan dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World World Water Forum Ke-10 di Bali. Acara pembukaan World Water Forum 2024 di Bali dihadiri sejumlah pimpinan tinggi lembaga negara dunia dan delegasi internasional.
Dikutip dari kantor berita Antara, acara yang bertempat di Mangunpura Hall, Bali International Convention Center (BICC) ini, dibuka dengan penampilan acara seni kolaborasi musik orkestra, tari, serta paduan suara. Kemudian kesempatan pidato diberikan kepada pidato Elon Musk, pebisnis Amerika Serikat yang baru saja meresmikan penggunaan starlink di Indonesia, internet yang konon berkecepatan tinggi melalui satelit.
Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Bali, pada tahun 2024 ini merupakan contoh nyata bagaimana teori soft power dapat diterapkan dalam memajukan pariwisata Indonesia. KTT ini akan menarik ribuan delegasi dari berbagai negara, termasuk para pemimpin dunia, ahli air, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain fokus pada isu-isu pengelolaan air global, acara ini juga memberikan platform bagi Indonesia untuk mempromosikan pariwisatanya.
Melalui KTT Air di Bali, Indonesia dapat memanfaatkan soft power-nya untuk menyoroti komitmennya terhadap pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, sekaligus menampilkan keindahan alam dan kekayaan budaya Bali. Delegasi yang hadir memiliki kesempatan untuk mengalami langsung daya tarik wisata Bali, menikmati keramahtamahan masyarakat lokal, dan mempelajari praktek-praktek pariwisata berkelanjutan yang diterapkan di Bali.
Liputan media internasional selama KTT juga memperkuat soft power Indonesia dengan menyoroti keberhasilannya dalam menyelenggarakan acara bergengsi dan mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata yang menarik. Hal ini meningkatkan minat wisatawan internasional untuk mengunjungi Indonesia dan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata secara keseluruhan.
Selain itu, KTT Air di Bali juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjalin kemitraan strategis dengan negara-negara lain dalam mempromosikan pariwisata berkelanjutan. Melalui diplomasi dan negosiasi, Indonesia dapat berbagi pengalaman dan best practices dalam mengelola sumber daya air dan mengembangkan pariwisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dalam jangka panjang, keberhasilan KTT Air di Bali akan memperkuat reputasi Indonesia sebagai tuan rumah acara-acara internasional dan meningkatkan soft power-nya dalam kancah global. Hal ini dapat menarik lebih banyak konferensi dan pertemuan penting ke Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan.
Dengan menerapkan teori soft power dalam diplomasi pariwisata, seperti yang dicontohkan melalui KTT Air di Bali, Indonesia sesungguhnya telah memajukan sektor pariwisatanya, membangun citra positif di mata dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pendekatan diplomasi yang strategis dan terarah dapat membantu Indonesia memanfaatkan potensi pariwisatanya secara optimal dan memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata terkemuka di Asia Tenggara dan dunia.
*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pariwisata Indonesia / Dosen Pariwisata Institut Pariwisata Trisakti
