Kelakuan Buruk Turis di Bali: Tantangan dan Solusi

Bali, yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya yang kaya, terus menghadapi tantangan serius akibat kelakuan buruk turis.

Muhammad Rahmad

5/15/20243 min read

Pusat Kajian Pariwisata Indonesia
Pusat Kajian Pariwisata Indonesia

Jakarta, 15 Mei 2024 – Bali, yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya yang kaya, terus menghadapi tantangan serius akibat kelakuan buruk turis. Beberapa insiden baru-baru ini menunjukkan betapa perilaku tak bertanggung jawab dapat merusak citra pulau ini serta kehidupan masyarakat lokal.

Di Pantai Kuta, salah satu destinasi wisata paling populer di Bali, sampah plastik dan botol minuman berserakan di sepanjang garis pantai. "Kami terus mengadakan bersih-bersih pantai setiap minggu, tetapi sampah selalu kembali. Ini sangat mengkhawatirkan," ujar Made, seorang relawan lingkungan lokal. Insiden ini tidak hanya merusak pemandangan tetapi juga mencemari laut dan membahayakan kehidupan laut.

Perilaku tidak sopan turis di tempat-tempat suci seperti Pura Besakih juga menjadi sorotan. Beberapa turis tertangkap kamera berpakaian tidak pantas dan berteriak-teriak saat upacara adat berlangsung. "Ini sangat tidak menghormati budaya kami. Kami berharap para turis lebih memahami dan menghargai adat istiadat kami," kata I Ketut, seorang pendeta lokal.

Kawasan wisata malam di Seminyak juga menghadapi masalah serius dengan turis yang mengonsumsi alkohol berlebihan. Banyak insiden kekerasan dan keributan yang melibatkan turis mabuk telah dilaporkan. Polisi setempat kini meningkatkan patroli malam untuk mengendalikan situasi ini.

Di Taman Nasional Bali Barat, beberapa turis tertangkap memetik bunga langka dan menginjak-injak karang saat snorkeling. Tindakan ini merusak ekosistem yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk pulih. "Kami mengimbau para turis untuk mematuhi aturan konservasi dan menjaga keindahan alam Bali," ujar seorang petugas taman nasional.

Mengatasi kelakuan buruk turis merupakan tantangan bagi destinasi wisata di seluruh dunia. Tidak hanya di Bali, tetapi juga disemua negara di dunia. Perancis, Jepang, Thailand, dan Singapura, termasuk negara yang berhasil mengatasi kelakuan buruk turis.

Melihat data statistik tahun 2023, Perancis dikunjungi 89,4 juta wisatawan dunia. Jepang dikunjungi 20 juta wisatawan dunia, Thailand sekitar 39 juta wisatawan dunia, dan Singapura sekitar 12 juta wisatawan dunia. Indonesia sendiri dikunjungi sekitar 11,7 juta wisatawan dunia dan 4,5 juta diantaranya mengunjungi Bali.

Lalu bagaimana cara Perancis, Jepang, Thailand, dan Singapura mengatasi kelakuan buruk turis atau wisatawan dunia?

Perancis meluncurkan kampanye kesadaran terhadap penjagaan lingkungan dan budaya ditempat-tempat wisata. Kampanye ini mencakup brosur, video, dan papan pengumuman yang menjelaskan etiket dan aturan setempat. Disamping itu, otoritas Perancis menerapkan denda bagi turis yang melanggar peraturan, seperti merokok di tempat umum atau buang sampah sembarangan. Di daerah-daerah wisata utama seperti Paris dan Nice, polisi patroli ditingkatkan untuk menangani pelanggaran dan memastikan keamanan serta ketertiban.

Jepang meluncurkan kampanye “Enjoy and Respect” yang bertujuan untuk mengedukasi turis tentang kebiasaan dan etiket lokal. Kampanye ini menggunakan video, poster, dan panduan di tempat-tempat wisata. Beberapa tempat wisata di Jepang, seperti Kyoto, memasang tanda-tanda yang mengingatkan turis untuk menghormati budaya setempat, seperti tidak berbicara keras di kuil dan tidak memotret tanpa izin. Jepang juga bekerja sama dengan agen perjalanan dan hotel untuk menyebarkan informasi mengenai etiket dan aturan lokal kepada turis sebelum mereka tiba di Jepang.

Thailand melibatkan komunitas lokal dalam kampanye untuk mendidik turis tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menghormati budaya lokal. Program ini seringkali berbentuk tur yang dipandu oleh warga setempat. Thailand memberlakukan regulasi yang ketat di area-area wisata populer seperti pantai dan taman nasional, termasuk pembatasan jumlah turis untuk mencegah over-tourism disatu destinasi wisata dan mencegah kerusakan lingkungan. Pemerintah Thailand juga meningkatkan infrastruktur pariwisata untuk mendukung perilaku positif, seperti menyediakan tempat sampah yang memadai dan fasilitas umum yang bersih.

Singapura dikenal dengan sistem denda yang ketat untuk berbagai pelanggaran seperti buang sampah sembarangan, merokok di tempat yang tidak diperbolehkan, dan vandalisme. Denda ini berlaku juga bagi turis. Pemerintah Singapura menggunakan berbagai media untuk mengedukasi turis mengenai aturan dan etiket yang berlaku, termasuk di bandara, hotel, dan tempat wisata. Singapura juga menggunakan kamera pengawas di tempat-tempat umum untuk memonitor dan mendeteksi perilaku buruk, sehingga memungkinkan otoritas untuk segera mengambil tindakan.

Mengatasi kelakuan buruk turis di Indonesia, termasuk Bali, memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan edukasi, penegakan hukum, dan kerjasama antara pemerintah, komunitas lokal, dan industri pariwisata. Kampanye kesadaran melalui media sosial, brosur, dan papan informasi di tempat-tempat wisata untuk mengedukasi turis tentang norma dan etika lokal mestilah terus dilakukan. Di tempat tempat yang sakral, perlu pula disediakan program orientasi bagi turis agar mereka mengetahui aturan dan budaya lokal. Disamping itu, menerapkan denda dan sanksi tegas bagi turis yang melanggar aturan, seperti perilaku tidak sopan di tempat suci atau merusak lingkungan, juga perlu diterapkan dengan tegas. Patroli dan pengawasan oleh petugas keamanan di area wisata utama juga tetap perlu dijalankan untuk memastikan agar wisatawan patuh terhadap aturan dan ketertiban umum. Hal yang juga krusial adalah kolaborasi dengan industri pariwisata. Kerjasama dengan agen perjalanan, hotel, dan operator tur dalam memberikan informasi kepada turis mengenai perilaku yang diharapkan dan konsekuensi dari pelanggaran aturan, juga perlu dijalankan dengan rutin. Otoritas juga perlu melibatkan komunitas lokal. Melibatkan komunitas lokal dalam menjaga lingkungan dan budaya, serta memberikan mereka peran aktif dalam pengawasan dan edukasi turis, akan sangat membantu dalam menciptakan keyamanan bagi semua pihak.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat menciptakan pengalaman wisata yang positif bagi turis sekaligus melindungi budaya dan lingkungan Bali. Pendekatan yang terpadu dan komprehensif ini akan membantu menjaga keindahan dan keunikan Bali serta memastikan keberlanjutan pariwisata di masa depan.

*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pariwisata Indonesia / Dosen Institut Pariwisata Trisakti, Jakarta