Over-Tourism: Dampak dan Tantangan bagi Pariwisata Bali

Media Singapura, Channel News Asia (CNA) menurunkan tulisan opini dari Derrick A Paulo (wartawan CNA) dengan tajuk “Not quite the Bali it used to be? This is what over tourism is doing to the island.

Muhammad Rahmad

5/12/20243 min read

Courtesy: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Courtesy: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo

Media Singapura, Channel News Asia (CNA) menurunkan tulisan opini dari Derrick A Paulo (wartawan CNA) dengan tajuk “Not quite the Bali it used to be? This is what over tourism is doing to the island (24/04/2024).

Derrick menggambarkan dampak negatif dari overtourism (pariwisata berlebihan) terhadap pulau Bali. Tulisan tersebut mengungkapkan bahwa meskipun Bali tetap menjadi tujuan pariwisata yang populer, atmosfer bebas dan santai yang dulu ada mungkin tidak lagi sama. Beberapa masalah yang muncul antara lain adalah perilaku buruk wisatawan, peningkatan pembangunan yang tidak terkendali, kepadatan, kemacetan, serta dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya lokal.

Over-tourism adalah kondisi di mana jumlah wisatawan melebihi kapasitas yang dapat ditangani oleh destinasi wisata, sehingga menimbulkan dampak negatif baik bagi lingkungan maupun masyarakat lokal.

Data terbaru yang dirilis BPS menyebut 5,3 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Bali pada tahun 2019 (sebelum pandemi COVID-19). Sedangkan jumlah wisatawan domestik yang mengunjungi Bali pada tahun yang sama mencapai sekitar 10 juta. Adapun jumlah penduduk Bali sekitar 4,4 juta jiwa. Artinya terdapat 19,3 juta orang di Bali selama kurun waktu 2019. Luas daratan Pulau Bali adalah sekitar 5.780 kilometer persegi.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga Singapura, jumlah wisatawan mancanegaranya mencapai 19 juta tahun 2019. Jumlah penduduk Singapura sekitar 5,7 juta jiwa. Artinya terdapat 24,7 juta orang di Singapura selama kurun waktu 2019. Luas daratan Singapura adalah sekitar 725,7 kilometer persegi. Singapura menargetkan 23 juta wisatawan mancanegara dalam kurun waktu 3 tahun mendatang.

Dari data diatas terlihat bahwa luas daratan Bali adalah 8 kali lipat luas Singapura, dan jumlah wisatawan Singapura lebih besar dari Bali. Lalu, apakah Singapura mengalami over-tourism karena daratannya jauh lebih kecil dari Bali?

Sejauh ini, Singapura belum dianggap mengalami masalah over-tourism seperti yang diberitakan tentang Bali. Meskipun memiliki ukuran geografis yang kecil, Singapura memiliki infrastruktur yang baik dan mampu menampung jumlah wisatawan yang besar. Pemerintah Singapura kelihatannya dapat melakukan langkah-langkah antisipasi terjadinya over-tourism.

Bagaimana dengan Bali?

Over-tourism, meskipun sering dianggap sebagai masalah, sesungguhnya, over-tourism ini adalah peluang, terutama dalam hal ekonomi dan pengembangan infrastruktur. Kehadiran wisatawan yang besar dapat memberikan dorongan ekonomi yang signifikan bagi destinasi pariwisata. Ini mencakup pendapatan dari akomodasi, restoran, transportasi, dan berbagai layanan pariwisata lainnya.

Untuk mengakomodir jumlah wisatawan yang besar, maka diperlukan perluasan pembangunan infrastruktur. Ini termasuk peningkatan jalan, transportasi umum, fasilitas sanitasi, dan lain-lain, yang juga bermanfaat bagi penduduk lokal.

Industri pariwisata akan makin bergairah karena akan menciptakan banyak lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran lokal dan memberikan peluang ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat Bali.

Disisi lain, wisatawan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan pajak, baik melalui pajak langsung maupun tidak langsung. Pendapatan ini dapat digunakan untuk meningkatkan layanan publik dan pembangunan Bali.

Untuk mengatasi tantangan over-tourism di Bali, pemerintah dan pemangku kepentingan di Bali perlu mengimplementasikan berbagai strategi yang komprehensif.

Pengurangan jumlah wisatawan yang masuk ke Bali bukanlah langkah strategis mengatasi over-tourism. Bali sebagai salah satu destinasi andalan Indonesia, perlu terus meningkatkan jumlah wisatawan. Wisatawan Mancanegara ke Bali masih kalah jumlah dibandingkan Singapura yang daratannya 8 kali lebih kecil dari Bali.

Namun Bali perlu melakukan diversifikasi destinasi wisata untuk mengurangi tekanan pada lokasi wisata utama. Ini termasuk mengembangkan pariwisata budaya, agrowisata, dan ekowisata di daerah-daerah yang selama ini masih kurang dikunjungi.

Strategi lain yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan komunitas lokal dalam pengelolaan pariwisata. Ini dapat dilakukan melalui pengembangan homestay didestinasi wisata baru, promosi kerajinan lokal yang lebih bervariatif, dan melibatkan komunitas dalam pengelolaan destinasi wisata baru.

Disamping itu, dukungan industri juga diperlukan. Industri sebagai pelaku perlu bersinerji dengan pemerintah agar Bali sebagai destinasi wisata favorit, tetap berkualitas dan berkelanjutan. Dan yang tak kalah penting adalah edukasi wisatawan. Melalui kampanye dan informasi yang disediakan, wisatawan perlu didorong untuk berperilaku bertanggung jawab selama kunjungan mereka. Hal ini termasuk menjaga kebersihan lingkungan, menghormati budaya lokal, dan mengikuti aturan yang berlaku. Polisi wisata yang dibentuk Bali akan memberikan citra positif jika berhasil melakukan edukasi yang persuasif kepada wisatawan.

*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pariwisata Indonesia / Dosen Pariwisata Institut Pariwisata Trisakti.