RSPPN Panglima Besar Soedirman: Menuju Destinasi Medical Tourism
Industri pariwisata telah berkembang secara signifikan dan menjadi salah satu sektor penting bagi perekonomian banyak negara.
Muhammad Rahmad
5/16/20243 min read


Industri pariwisata telah berkembang secara signifikan dan menjadi salah satu sektor penting bagi perekonomian banyak negara. Salah satu segmen yang terus menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan adalah medical tourism atau pariwisata kesehatan. KPMG Internasional melaporkan bahwa pengeluaran masyarakat untuk wisata kesehatan naik 20% sampai 30%, dari 78,5 miliar US dolar (1.256 trilyun rupiah) pada tahun 2010 menjadi 100 miliar US dolar (1.600 trilyun rupiah) pada tahun 2012. Peningkatan ini terkait dengan besarnya uang yang dibelanjakan wisatawan yang berdampak pada peningkatan pemasaran berbagai produk dan jasa serta peningkatan lapangan kerja di negara tujuan wisata.
Presiden Jokowi baru-baru ini juga mengungkapkan hampir 1 juta orang Indonesia pergi berobat ke luar negeri (medical tourism) setiap tahun. Diperkirakan sekitar 170 trilyun rupiah devisa Indonesia lari ke negara lain.
Medical tourism merupakan fenomena di mana orang melakukan perjalanan ke negara lain dengan tujuan utama untuk mendapatkan perawatan medis, mulai dari perawatan kuratif hingga prosedur elektif seperti operasi plastik, perawatan gigi, dan terapi alternatif.
Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman, baru saja diresmikan Presiden RI Joko Widodo didampingi Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto pada Senin, 19/2/2024 lalu. Peresmian RSPPN yang terletak di Jl. RC. Veteran Raya No.178, Bintaro, Jakarta Selatan ini, adalah langkah nyata Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pertahanan dalam meningkatkan kualitas dan ketersediaan layanan kesehatan bagi anggota TNI/Kemhan serta masyarakat umum. Tidak tanggung-tanggung. RSPPN ini dibangun 28 lantai. Rumah sakit ini juga dilengkapi dengan peralatan medis canggih, layaknya rumah sakit top-top swasta di luar negeri.
Melihat keseriusan pemerintah dalam membangun industri medis seperti RSPPN Panglima Besar Soedirman ini, maka sesungguhnya, RSPPN ini tinggal satu langkah lagi menuju pariwisata medis (medical tourism). RSPPN telah dilengkapi dengan peralatan medis mutakhir seperti MRI, CT Scan, dan laboratorium canggih yang dapat mendukung diagnosis dan perawatan yang akurat. Staf medis RSPPN juga terdiri dari dokter-dokter yang berpengalaman dan terlatih, termasuk beberapa spesialis terkemuka di Indonesia. Rumah sakit ini juga menawarkan layanan terpadu, mulai dari perawatan primer hingga layanan spesialis seperti kardiologi, onkologi, dan bedah ortopedi. Yang tidak kalah penting, rumah sakit ini terletak di kawasan Bintaro yang berhawa sejuk dan asri, sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penyembuhan pasien.
Dengan keunggulan kompetitif yang dimilikinya, RSPPN punya potensi besar menjadi destinasi medical tourism bagi wisatawan mancanegara maupun domestik. Fasilitas kesehatan yang lengkap, staf medis yang kompeten, dan lingkungan yang mendukung penyembuhan dapat menjadi daya tarik utama bagi pasien yang mencari perawatan berkualitas dengan biaya yang terjangkau.
Meskipun demikian, RSPPN masih menghadapi beberapa tantangan dalam mewujudkan potensi sebagai rumah sakit medical tourism. Tantangan utama termasuk promosi yang masih terbatas, akses transportasi yang kurang memadai, dan fasilitas parkir yang masih sangat terbatas. Untuk mengatasi tantangan ini, RSPPN perlu mengembangkan strategi pemasaran yang solid, meningkatkan aksesibilitas, membangun gedung parkir yang terhubung dengan bangunan utama, dan bisa menampung ribuan mobil, serta membangun kemitraan strategis dengan pemangku kepentingan dalam industri medical tourism.
Berkaca pada teori Cynthia Baur, peneliti medical tourism dari Universitas Malaysia Sarawak, bahwa infrastruktur dan layanan pendukung yang memadai sangat penting untuk pertumbuhan dan keberhasilan industri medical tourism.
Baur berpendapat bahwa selain fasilitas kesehatan yang berkualitas, keberadaan infrastruktur dan layanan pendukung yang baik merupakan faktor kunci dalam menarik wisatawan medical tourism ke suatu destinasi. Aspek utama yang disorot oleh Baur mencakup:
Transportasi : Baur menekankan pentingnya akses transportasi yang lancar dan efisien untuk memudahkan perjalanan pasien medical tourism dari dan menuju fasilitas kesehatan. Ini meliputi ketersediaan transportasi udara, darat, maupun laut yang terhubung dengan baik, serta layanan transportasi khusus seperti ambulans atau kendaraan dengan fasilitas medis.
Akomodasi : Ketersediaan akomodasi yang nyaman, bersih, dan sesuai dengan kebutuhan pasien medical tourism sangat penting. Baur menyoroti pentingnya hotel atau fasilitas penginapan yang tersedia disekitar rumah sakit, dimana hotel atau penginapan itu dilengkapi dengan layanan dan fasilitas khusus untuk pasien, seperti akses difabel, layanan perawatan, dan keamanan yang memadai.
Fasilitas Parkir : Baur juga menekankan pentingnya fasilitas parkir yang memadai di sekitar fasilitas kesehatan yang menjadi tujuan medical tourism. Ini memudahkan pasien dan keluarga mereka untuk mengakses rumah sakit atau klinik dengan mudah, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi.
Selain itu, Baur juga menekankan pentingnya layanan pendukung lainnya seperti layanan penerjemah, pusat informasi pariwisata, dan fasilitas rekreasi untuk memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan bagi pasien medical tourism selama masa perawatan dan penyembuhan mereka.
Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, RSPPN Panglima Besar Soedirman memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi medical tourism unggulan di Indonesia. Dengan fasilitas canggih, staf medis yang terampil, dan lingkungan yang kondusif, RSPPN dapat menawarkan layanan kesehatan berkualitas tinggi dengan biaya yang kompetitif. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan upaya promosi yang lebih gencar, peningkatan aksesibilitas, dan kemitraan strategis dengan pemangku kepentingan terkait.
*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pariwisata Indonesia / Dosen Pariwisata Institut Pariwisata Trisakti.
